SELAMA ini hanya Pantai Pangandaran yang menjadi andalan wisata
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tapi sekarang, Pangandaran mulai mendapat
saingan di antarnya Curug Tujuh, meski belum dikelola secara
profesional.
Munculnya obyek wisata pesaing itu, tak terlepas bila suatu saat
Pangandaran dimekarkan menjadi kabupaten, sehingga Kabupaten Ciamis
sebagai induk bakal kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata.
Makanya beberapa potensi yang selama ini masih terpendam, mulai dikembangkan dan dipoles-poles, termasuk Curug Tujuh.
Gebrakan pemda ini meski dinilai terlambat, tapi mending daripada
tidak sama sekali. Pasalnya, seabrek obyek wisata potensial yang
dimiliki Kabupaten Ciamis baru mulai disentuh setelah adanya wacara
pemekaran Pangandaran.
Berdasarkan catatan, ada tiga obyek wisata potensial yang selama ini
tak begitu serius diperhatikan Pemda Kabupaten Ciamis. Sebut sajaSitu
Lengkong Panjalu, Situs Kerajaan Sunda Astana Gede Kawali, dan Curug
Tujuh di Cibolang, Panjalu, Kabupaten Ciamis. Ketiga obyek ini sudah
lama dikenal pengujung, namun pemda nampaknya kurang perhatian terhadap
kekayaan sektor wisata yang masih perawan tersebut.
Bila saja ketiga obyek itu sejak dulu dikembangkan dan dipromosikan,
tentu namanya sudah sementereng Pangandaran yang mengandalkan keindahan
laut itu.
Curug Tujuh, merupakan obyek wisata alam yang tergolong masih asli
alias orisinil. Berlokasi di Desa Cibolang, Panjalu, Kabupaten Ciamis
utara, curug (air terjun) ini sama sekali belum pernah didandani pemda
setempat.
Akibatnya, potensi keindahan alam berupa tujuh curug hingga kini masih ala alakadarnya dan baru dikenal penduduk setempat.
Masyarakat menyayangkan ketidakpedulian pemda terhadap obyek wisata itu.
Meski sudah diketahui belasan tahun, namun potensi dan kecantikan curug
itu hingga kini masih belum bisa dikembangkan apalagi dijual ke
wisatawan.
Curug Tujuh, yang terletak di kaki Gunung Sawal, Ciamis ini memiliki
tujuh curug (air terjun) yang ketinggiannya terus berkurang manakala
kita mencoba menelusuri posisi curug dari awal hingga akhir.
SUARA GEMURUH
Berjarak dua kilo meter dari Jalan Raya Cibolang, kini keberadaan
curug masih tetap tergolong primitif dan belum layak ditawarkan ke
wisatawan.
“Kami bingung mengapa pemda tak mau mendandani obyek wisata ini.
Padahal, pesona alam yang dimiliki curug ini akan mampu menyedot
pengujung jika pemda mau membangun fasilitas obyek wisata itu,” kata
Suya, 50, warga.
Curug Tujuh memiliki tujuh curug yang keindahan alam serta air
terjunnya sangat menakjubkan. Ketika kita masuk ke areal curug pertama,
kita akan terkejut, curug ini memiliki ketinggian di atas 100 meter. Air
yang terjun dari atas, mampu membuat terpesona pengujung lantaran
indahnya suara gemuruh air itu.
Perjalanan yang mampu menyedot keringat akan hilang seketika saat
kita masuk ke curug ini. Bisa dibayangkan, uap air yang datang dari air
tejun akan menyebar hingga belasan meter.
Uap itu pun mampu memberikan rasa dingin dan seketika bisa menghilangkan
keringat yang menempel di tubuh. “ Curug ini identik dengan air
conditional (AC)–nya Cibolang,” ujar Suya.
Lepas dari curug ini pengujung akan terus melakukan perjalanan menuju
curug berikutnya. Ketinggian curug kedua hingga kelima, tak jauh
berbeda dengan curug pertama.
Yang membedakannya, hanya di ketinggian curug itu yang terus menurun.
Baik di curug tujuh dan lima, pengujung bisa terbuai atas keindahannya
air terjun tersebut. Selain bisa menikmati uap, pengujung pun akan
diajak mandi bareng di kolam kecil tempat menampung air itu.
Usai pengujung berjalan hampir lima kilometer dengan posisi naik dan
berputar, tentunya akan sampai di curug enam dan tujuh. Kedua curug itu
berbeda dengan curug sebelumnya.
Ketinggian semakin berkurang dan kedua curug ini hanya memiliki
ketinggian 2-3 meter. Jernihnya air yang ditampung di kolam kecil
merupakan daya tarik tersendiri untuk pengujung.
Untuk itu, tak sedikit wisatawan menjuluki curug ini sebagai curug ‘si kinclong’ asal Panjalu.
DISUKAI ANAK MUDA
Sejak Curug Tujuh ditemukan 20 tahun lalu, berdasarkan catatan
petugas penjaga obyek wisata ini, Tatang, 46, hampir 90 persen digunakan
tempat wisata pasangan muda. Ketika hari libur tiba, ribuan motor
setiap harinya memasuki areal tersebut.
Mereka masuk curug secara berpasangan, kemudian memadu kasih di
lokasi itu. Meski pihak pengelola setiap bulannya melaporkan kemajuan
jumlah pengujung, namun Pemda Ciamis tak pernah ada niat untuk
mendandani obyek tersebut.
“Acuhnya pemda mencerminkan pesimisnya pemda itu sendiri. Sangat aneh memang,” kata Tatang.
Salain disukai kaum muda, bila libur panjang tiba, baik sekolah maupun
Lebaran, pengunjung tua muda tumplek di tempat ini. Yang masuk bertambah
hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa.
Lahan parkir yang ada dan belum tertata, bisa dipadati sepeda motor
dan mobil. Pendapatan pun mendadak naik hingga mencapai Rp10 juta per
harinya.
Membludaknya pengunjung sama sekali tak mampu melunturkan pemda untuk
membangun obyek ini. Terbukti, Curug Tujuh dari dulu hingga kini tetap
jalan di tempat tanpa ada perubahan yang signifikan.
Jika curug ini dibenahi, pemerintah tidak hanya terfokus ke Pangandaran karena obyek wisata lain juga akan menghasilkan uang.
Curug Tujuh yang terletak di kaki Gunung Sawal yang dikelilingi hutan
perawan, hingga kini masih terus berdiri meski tanpa perhatian dari
pemda setempat.
Air tejun yang terus bergemuruh tak pernah surut debit airnya meski
kemarau panjang melanda Kabupaten Ciamis. Suara gemuruh air tejun di
musim kemarau malah bisa membangkitkan semangat warga setempat untuk
tetap merawat obyek wisata itu.
Terkadang tak sedikit warga mengambil air dari curug untuk kebutuhan
hidup sehari-hari ketika mata air surut karena musim kemarau.
“Kami ingin berubah dan ingin diperhatikan, supaya jumlah wisatawan
yang datang terus meningkat.” Itulah barangkali ungkapan obyek ini untuk
menyeru pemda supaya mau mempercantik dirinya.
Berdasarkan peta lokasi, sangat mudah menuju obyek wisata Curug
Tujuh, di Panjalu Kabupaten Ciamis. Obyek ini bisa dijangkau menggunakan
kendaraan bermotor atau kendaraan roda empat, karena akses transportasi
menuju lokasi sudah memadai.
Pengujung bisa tiba di lokasi menggunakan jalan dari Kota Kawali
menuju arah Panjalu, kemudian kendaraan berhenti di Cibolang lalu masuk
ke obyek wisata.
Lokasi ini pun bisa ditempuh dari arah Panjalu dan berhenti di
Ciobolang. Rute lain, obyek ini bisa dicapai melalui jalur Cirebon atau
Majalengka, kemudian masuk Cibolang, setelah melintasi daerah Winduraja,
Kabupaten Ciamis. (dono/b)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar