Oleh: M. Hajaruddin
Berdirinya Kerajaan Pajajaran
Kerajaan
Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang berada di wilayah Pasundan,
kerajaan Sunda ini beribukotanya di Pakuan, (sekarang Bogor) Jawa
Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula
disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama
ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran.
Berdasarkan alur Sejarah Galuh,
Kerajaan Pajajaran berdiri setelah Wastu Kancana wafat tahun 1475.
Kenapa demikian? Karena sepeninggal Rahyang Wastu Kencana kerajaan Galuh
dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala dalam kedudukan
sederajat. Pajajaran atau Pakuan Pajajaran beribukota di Pakuan (Bogor)
di bawah kekuasan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) dan Kerajaan
Galuh yang meliputi Parahyangan tetap berpusat di Kawali di bawah
kekuasaan Dewa Niskala (Ningrat Kancana). Oleh sebab itu pula Prabu
Susuk Tunggal dan Dewa Niskala tidak mendapat gelar “Prabu Siliwangi”,
karena kekuasan keduanya tidak meliputi seluruh tanah Pasundan
sebagaimana kekuasan Prabu Wangi dan Rahyang Wastu Kancana (Prabu
Siliwangi I).
Cikal Bakal Kerajaan Pajajaran
Sejarah kerajaan ini
tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa
Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh,
dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan
kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah
yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai
ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran,
terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita
Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.
Daftar raja Pajajaran
Prabu Susuktunggal (1475-1482)
Jaya Dewata / Prabu Siliwangi II (1482 – 1521)
Surawisesa (1521 – 1535)
Ratu Dewata (1535 – 1543)
Ratu Sakti (1543 – 1551)
Raga Mulya (1567 – 1579)
Keruntuhan
Kerajaan
Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda
lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai
dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari
Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu
berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik
agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan
Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut
perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi II).
Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan
bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu
Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata
Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang
meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang mereka namakan Cibeo
Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan
sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
Raja-raja Sunda-Galuh-Pajajaran setelah Sri Jayabupati
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati, yang berjumlah 14 orang :
Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati
No Raja Masa pemerintahan Keterangan
1 Darmaraja 1042-1065
2 Langlangbumi 1065-1155
3 Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur 1155-1157
4 Darmakusuma 1157-1175
5 Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu 1175-1297
6 Ragasuci 1297-1303
7 Citraganda 1303-1311
8 Prabu Linggadéwata 1311-1333
9 Prabu Ajiguna Linggawisésa 1333-1340
menantu no. 8
10 Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340-1350
11 Prabu Maharaja Linggabuanawisésa 1350-1357
tewas dalam Perang Bubat
12 Prabu Bunisora 1357-1371
paman no. 13
13 Prabu Niskala Wastu Kancana 1371-1475
anak no. 11
14 Prabu Susuktunggal 1475-1482
Penyatuan kembali Sunda-Galuh
Saat
Wastu Kancana wafat, kerajaan sempat kembali terpecah dua dalam
pemerintahan anak-anaknya, yaitu Susuktunggal yang berkuasa di Pakuan
(Sunda) dan Dewa Niskala yang berkuasa di Kawali (Galuh).
Sri Baduga
Maharaja (1482-1521) yang merupakan anak Dewa Niskala sekaligus menantu
Susuktunggal menyatukan kembali Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Setelah runtuhnya Sunda Galuh oleh Kesultanan Banten, bekas kerajaan ini banyak disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar